Gareng memiliki fisik berkaki pincang yang merupakan symbol dari sifat Gareng sebagai kawula selalu berhati-hati dalam bertindak. Gareng juga memiliki tangan ciker/ceko atau patah, itu menyimbolkan bahwa gareng tidak suka mengambil hak milik orang lain. Selain itu gareng juga bermata juling, hal ini menyimbolkan bahwa gareng tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan atau hal yang tidak baik.
Dikisahkan dulunya gareng adalah seorang ksatria tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluktiba. Dia Sakti tetapi sombong, dan dia sering menentang para ksatria yang ditemuinya untuk berduel. Suatu hari, sesaat setelah menyelesaikan tapanya, Gareng berjumpa dengan satria lain yang bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Karena kesalahpahaman, mereka berkelahi dan tidak ada yang menang maupun kalah, wajah mereka berdua rusak.
Pada saat itu datanglah Batara Ismaya (Semar), yang melerai mereka. Batara Ismaya (Semar) adalah pamong para ksatria Pandawa, dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia memberi nasihat kepada keduanya. Karena kagum dengan nasihat Batara Ismaya, kedua ksatria tersebut meminta untuk mengabdi dan minta diangkat anak. Akhirnya mereka diangkat anak dengan syarat mereka mau menemani dia menjadi pamong para ksatria Pandawa. Mereka setuju, Bambang Sukodadi diangkat menjadi anak pertama dari Semar dan bernama Gareng, sedangkan Bambang Pecruk Panyukilan bernama Petruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar