Bila Cinta Duryudana hanya untuk Banowati, maka Rahwana pun tak mau kalah, CintaRahwana hanya untuk Shinta seorang. Dalam cerita Ramayana, Rahwana adalah raja dari kerajaan Alengkadiraja, yang merupakan Negara adidaya yang terkenal dan makmur. Kisahnya berawal dari pembuangan Rama ke hutan, dan dia mengembara ke hutan Dandaka yang diikuti adiknya Laksmana dan Sinta istri Rama, puteri Prabu Janaka.
Rama yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya terpaksa harus mengembara di hutan setelah ibu tirinya Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata, ayah Rama bahwa yang berhak atas takhta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama lima belas tahun. Selama mengembara di hutan banyak cobaan yang dialami Rama, Laksmana dan Sinta. Mereka bertemu dan harus menghadapi para raksasa yang mengganggu masyarakat di sekitar hutan Dandaka. Salah satu musuh mereka adalah raksesi yang bernama Surpanaka, yang sangat bernafsu menginginkan Rama dan Laksmana untuk menjadi suaminya. Karena jengkel, Laksmana membabat hidung Surpanakan hingga putus. Surpanaka kemudina mengadu kepada kakanya, yang tak lain adalah Rahwana, raja raksasa di Alengkadireja. Tentu saja Rahwana marah dan beniat untuk balas dendam. Rahwana kemudian menuju ke tempat dimana Rama, Sinta dan Laksmana, dan dengan bantuan Marica, Rahwana berhasil menculik Sinta istri Rama.
Rama yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya terpaksa harus mengembara di hutan setelah ibu tirinya Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata, ayah Rama bahwa yang berhak atas takhta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama lima belas tahun. Selama mengembara di hutan banyak cobaan yang dialami Rama, Laksmana dan Sinta. Mereka bertemu dan harus menghadapi para raksasa yang mengganggu masyarakat di sekitar hutan Dandaka. Salah satu musuh mereka adalah raksesi yang bernama Surpanaka, yang sangat bernafsu menginginkan Rama dan Laksmana untuk menjadi suaminya. Karena jengkel, Laksmana membabat hidung Surpanakan hingga putus. Surpanaka kemudina mengadu kepada kakanya, yang tak lain adalah Rahwana, raja raksasa di Alengkadireja. Tentu saja Rahwana marah dan beniat untuk balas dendam. Rahwana kemudian menuju ke tempat dimana Rama, Sinta dan Laksmana, dan dengan bantuan Marica, Rahwana berhasil menculik Sinta istri Rama.
Burung Jatayu yang berusaha untuk menghalangi Rahwana, tewas oleh senjata Rahwana. Namun ia sempat memberitahu nasib Sinta kepada Rama yang sudah diculik oleh Rahwana. Mendengar bahwa istrinya diculik, Rama dan Laksmana kemudian pergi ke Alengka untuk mencari Sinta.
Sementara Sinta yang diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka sebenarnya mendapat perlakuan yang baik dari Rahwana. Meskipun Rahwana menculik Sinta, karena balas dendam bukan berarti dia lalu melakukan tindakan yang tidak baik pada Sinta atau bahkan melukainya. Rahwana melakukan itu karena dia sangat mencintai Sinta. Bahkan selama dalam masa penyekapan, tak pernah sekalipun Rahwana menyentuh apalagi melakukan hal yang tidak baik kepada Sinta.
Tiga tahun Dewi Sinta disekap di dalam keputren Alengkadireja, dia ditemani oleh Dewi Trijatha. Setiap hari, Rahwana selalu datang ke keputren untuk mengunjungi sang pujaan hati, Dewi Sinta. Dan dengan kata-kata yang halus Rahwana selalu menyakan kepada Dewi Sinta apakah ia bersedia untuk menjadi permaisurinya. Rahwana juga selalu menyatakan bahwa ia hanya mencintai Dewi Sinta. Ia juga selalu meminta maaf karena telah menculik Dewi Sinta dari Rama, tapi itu semua dia lakukan karena dia sangat mencintai Sinta. Bahkan Rahwana selalu mengatakan kepada Dewi Sinta bahwa ia rela berkorban apa saja, asalkan Dewi Sinta bersedia untuk dipersuntignya.
Namun, jawaban apa yang didapatnya dari Sinta, Sinta selalu menolak untuk dipersunting Rahwana. Tentu saja jawaban Dewi Sinta membuat hati Rahwana seakan remuk redam, tetapi dia tidak pernah memaksa Dewi Sinta agar bersedia untuk menjadi permaisurinya dengan kasar, Rahwana hanya diam, dan perlahan-lahan dia meninggalkan Dewi Sinta . Tapi meskipun sudah berulang kali dia mendapat penolakan dari Dewi Sinta, Rahwana tidak pernah menyerah, dan setiap hari dia melakukan hal yang sama. Tentu saja dengan harapan, mungkin Dewi Sinta berubah pikiran dan mau dipersuntingnya.
Selama tiga tahun, tentu saja Dewi Sinta merasa kesepian dan merasa rindu kepada sang suami Rama, dan dia juga mulai merasa bimbang. Di lain sisi dia melihat Rahwana adalah orang yang Jahat karena menculik dirinya. Tetapi di lain sisi, dia juga merasa bahwa Rahwana adalah orang yang baik, karena selama dia diculik, Rahwana selalu bersikap baik dan sopan kepadanya. Dia tidak pernah disentuh, dijamah bahkan dilukai oleh Rahwana. Bahkan Dewi Sinta mendengar bahwa semenjak ia berada di Alengkadireja, Rahwana berubah menjadi seorang raja yang gembira, murah senyum, dan suasana istana pun berubah.
Selain itu, Dewi Sinta juga memikirkan suaminya Rama, apa yang sebenarnya terjadi dengan Rama, kenapa sang suami tercinta tidak datang untuk menolongnya? Dewi Sinta juga bertanya-tanya tentang kesetiaan Rama, apakah Rama bukan laki-laki sejati. Mengapa saat isterinya diculik dia tidak segera mengejar dan mencari dirinya? Bukankah dia titisan Dewa Wisnu dan juga meiliki kesaktian yang tinggi? Dan kenapa Rama justru hanya mengutus Anoman untuk menemui dirinya hanya untuk, member kabar bahwa Rama dalam keadaan baik-baik saja dan Anoman hanya diutus untuk menyerahkan cincin kepadanya bukan membawanya kembali ke Ayodya untuk bertemu suaminya Rama? Pertanyaan-pertanyaan itu terus membayang dalam pikiran Dewi Sinta. Kadang ia juga teringat akan sumpah janji Laksmana kepada Rama, saat membuat garis “rajah kalacakra” pelindung, bahwa ia menyatakan akan selalu menjaga dan melindungi Sinta selama hayatnya.
Meskipun Dewi Sinta berusaha sekuat mungkin untuk menjaga kesetiaan cintanya kepada Rama, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Dewi Sinta mulai memiliki perasaan yang lain kepada Rahwana. Mungkin benar orang Jawa bilang “witing tresna jalaran saka kulina”. Selama tiga tahun berada di keputren Alengkadireja, dan selama itu pula setiap hari dia selalu bertemu dengan Rahwana yang tidak pernah kenal lelah untuk menyatakan cinta kepada dirinya dengan kata-kata yang lembut dan selalu sopan kepadanya. Dewi Sinta mulai merasa gugup bila Rahwana datang untuk menytaakan hal yang sama, yaitu memintanya untuk menjadi permasuri. Dalam tidurnya, Dewi Sinta mulai sering memimpikan Rahwana dan mimpi-mimpi indah tentang Rama sudah mulai berkurang. Dewi Sinta memang sudah jatuh cinta kepada Rahwana. Namun meskipun demikian dia tetap setia dan selalu menangis bila dia teringat bahwa dia telah berdosa karena menduakan Rama.
Sementara Rama dan Laksmana yang ingin mencari Sinta , dalam perjalanan dia bertemu dengan Sugriwa dan Anoman. Kemudian mereka mengikat persahabatan, dan dengan bantuan Rama, Sugriwa berhasil merebut Kiskenda dari kakaknya Subali. Sebagai sahabat, Anoman pun membantu Rama untuk mencari Sinta. Dengan pasukan yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.
Dan atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, pasukan pembebas Dewi Sinta menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Anoman harus meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di Alengka, Anoman berhasil menemui Dewi Sinta dan mengabarkan bahwa Rama baik-baik saja dan memberikan cincin titipan Rama kepada Dewi Sinta. Itulah yang menjadi pertanyaan Sinta, kenapa Anoman hanya datang memberikan kabar itu, dan tidak membawanya langsung saja kepada Rama.
Sekembalinya Anoman, mereka kemudian membuat strategi penyerangan, dan atas saran Wibisana yang tidak berpihak pada kakaknya Rahwana, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Dengan jembatan itu, semua pasukan bisa masuk ke Alengka dan berhasil menghancurkan Rahwana dan pasukannya. Dewi Sinta berhasil dibawa pulang kembali ke Ayodya, dan Wibisana dinobatkan sebagai raja Alengka menggantikan kakaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar